Kelembutan, Kunci Utama Menyelesaikan Masalah Lho!
![weheartit](http://blog.sittakarina.com/assets/uploads/2014/03/weheartit.jpg)
“Katanya perempuan.. tapi pas lagi marah, sangarnya kayak sopir angkot ngajak berantem!”
Pertama kali dengar celotehan di atas dari seorang teman laki-laki, asli.. saya ngakak! Ucapan itu ada benarnya juga. Karena kenyataannya pada kehidupan sehari yang namanya sikap gampang kesal plus defensif itu milik semua orang, nggak terkecuali perempuan. Sayangnya, kumulasi dari sikap-sikap itu kalau dibiarkan malah akan menjadi bad habit yang terpelihara dengan baik, bahkan diserap juga oleh orang-orang terdekat kita, yakni pasangan dan anak-anak.
Untuk kasus ini, contoh paling sederhana yang kerap terjadi: kita dan pasangan sama-sama pulang kantor, capek, dan macet di jalan. Akibatnya cara kita berbicara pun terpengaruh; kali ini terkesan lebih nyolot dari biasanya. Pasangan tersulut, lalu jadi adu mulut sengit hingga berakhir diem-dieman di rumah. Atau, saat berhadapan dengan anak yang marah karena tidak dibelikan mainan. Satu-dua kali menasihati mungkin masih bisa dengan nada baik. Tapi, lama-lama kita pun jadi kesal dan sering kali jadi bersikap kasar ke si anak (biasanya karena malu ditonton orang-orang yang seliweran di situ). Nah, apa jadinya apabila “api dilawan api”? Nggak akan jadi padam ‘kan?
Menurut saya, perempuan itu secara naluriah lembut, kok. Sisi perasaannya lebih dominan dari logika. Kuatnya kelembutan pada seorang perempuan ibarat berlian yang belum terasah. Dan ketika sudah, kelembutan inilah yang justru bisa menjadi keunggulan seorang perempuan dalam menyelesaikan masalah, baik itu dengan pasangan, anak, maupun teman. Kekuatan ini pula yang bikin kita mampu membangun lingkungan sekitar lebih baik lagi.
Nah, bersikap lembut di saat hati mendidih… memangnya bisa ya? Dari pengalaman saya, bisa walau tentu butuh latihan. Urutan simpelnya seperti ini:
Memahami sebab-akibat sebuah situasi → mampu
mengendalikan emosi (sabar) → berpikir jernih → dapat bersikap tepat
ketika berhadapan dengan suatu masalah
Oke, lantas ada nggak sih untungnya kita melakukan ini?Ada banget!
Pertama, masalah lebih cepat terurai karena kita tidak mengedepankan emosi dan ego. Kedua, jiwa dan pikiran pun jadi lebih sehat karena kita tidak membiasakan diri melampiaskan emosi negatif. Dan yang ketiga, kita menularkan sesuatu yang positif ke lingkungan di sekitar kita, terutama orang-orang di dalam rumah alias keluarga. Cara kita yang lembut dan tenang dalam menghadapi sesuatu sadar maupun tidak akan diadopsi oleh hubby, anak-anak, bahkan saudara-saudara kita.
Jadi, tahu ‘kan betapa kuatnya kelembutan? Dengan tegas pula, kita sekarang bisa meralat bahwa lembut ≠ lemah
![;)](http://blog.sittakarina.com/wp-includes/images/smilies/icon_wink.gif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar